KUKAR : Loa Kulu, Kutai Kartanegara semakin dikenal sebagai sentra produksi tempe di Kalimantan Timur. Kini, potensi tersebut dikembangkan lebih optimal dengan inovasi olahan kripik tempe, yang mulai menembus pasar luar daerah, termasuk Jakarta.
Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, mengungkapkan bahwa 80 persen produksi tempe daun di Kalimantan Timur berasal dari masyarakat Desa Loh Sumber. Berangkat dari hal tersebut, pihaknya berkolaborasi dengan Tim Penggerak PKK Desa untuk mengembangkan usaha olahan tempe menjadi produk kripik yang bernilai jual lebih tinggi.
“Kami sudah hampir dua tahun mengembangkan inovasi ini. Alhamdulillah, hari ini kami mengirimkan sekitar seribu kemasan ke Jakarta melalui kerja sama dengan PT MHU,” ujarnya pada Minggu (16/03/2025).
Menurutnya, permintaan kripik tempe cukup tinggi, terutama sebagai cenderamata dan oleh-oleh untuk Kementerian di pusat. Bahkan, dalam satu bulan terakhir, produksi mencapai lebih dari 2.000 kemasan.
“Kami cukup kewalahan memenuhi permintaan, tapi ini menjadi evaluasi bagi kami untuk terus berkembang. Harapannya, pengembangan usaha ini juga bisa membuka lapangan kerja, khususnya bagi generasi muda,” tambahnya.
Usaha kripik tempe di Loh Sumber saat ini dikelola secara kelompok, dengan pembinaan dari PKK setempat. Proses produksi melibatkan masyarakat setempat, dari pengrajin tempe hingga pengemasan produk.
“Kami bentuk kelompok Dasa Wisma, mulai dari produksi, penggorengan, hingga pengemasan. Dengan adanya usaha ini, minimal bisa menjadi tambahan penghasilan bagi warga sebelum mendapatkan pekerjaan lain,” jelas Sukirno.
Saat ini, varian rasa masih dalam tahap pengembangan, namun ke depan, inovasi produk akan terus dilakukan untuk menarik lebih banyak konsumen.
Meski berjalan cukup baik, Sukirno berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah, terutama dalam hal pendampingan dan dukungan anggaran.
“Kalau dikatakan ada dukungan dari pemerintah, ya ada, tapi belum maksimal. Desa-desa di Kukar terus berinovasi, tetapi pembinaannya tidak selalu berkelanjutan. Kami berharap ada kebijakan yang lebih mendukung dari dinas terkait agar usaha ini bisa terus berkembang,” tegasnya.
Menurutnya, banyak desa yang berusaha mandiri dalam mengembangkan potensi lokal, tetapi keterbatasan anggaran sering menjadi kendala. Oleh karena itu, ia berharap ada dukungan moral dan finansial dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau SKPD yang berwenang.
“Dengan berkembangnya usaha ini, diharapkan UMKM di Loa Kulu semakin maju dan mampu membawa produk lokal ke pasar yang lebih luas, tidak hanya di Kukar tetapi juga ke tingkat nasional.” tutupnya (adv/dk)




 
									













