KUKAR : Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bidang Sumber Daya Air (SDA) terus berkomitmen memperkuat ketahanan pangan sekaligus menjawab kebutuhan air masyarakat desa. Salah satu langkah nyata yang dijalankan adalah program pembangunan sumur bor yang bersinergi dengan TNI melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD).
Kabid SDA Dinas PU Kukar, Awang Agus Sabandi, menyampaikan bahwa program ini telah berjalan secara konsisten dalam dua tahun terakhir. Pada tahun lalu, sebanyak 20 unit sumur bor berhasil direalisasikan. Tahun ini, jumlah yang sama kembali direncanakan untuk dibangun dan disebar ke kawasan pertanian prioritas.
“Lokasinya terutama di Kecamatan Tenggarong Seberang yang masuk dalam lima kawasan utama sesuai SK Bupati 2012, yaitu Tenggarong Seberang, Muara Kaman, Tenggarong, Marangkayu, dan satu kawasan tambahan. Untuk Marangkayu, sebagian besar kewenangan ada di provinsi, sehingga kabupaten menangani skala kecil, sementara yang besar ditangani provinsi,” jelas Awang Senin (1/9/2025).
Lebih lanjut ia menerangkan, pengelolaan sumur bor bersifat permanen sehingga membutuhkan kepastian status lahan. Karena itu, lahan yang digunakan harus dihibahkan terlebih dahulu kepada desa atau kantor desa. Dengan demikian, aset sumur bor memiliki dasar hukum yang jelas dan bisa dikelola secara berkelanjutan.
“Setelah pembangunan selesai, aset diserahkan ke desa untuk dikelola. Nantinya desa dapat mendistribusikan pemanfaatan sumur bor ini kepada kelompok tani atau lembaga terkait seperti Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A),” ungkapnya.
Program ini mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Banyak desa bahkan mengajukan usulan tambahan sumur bor, terutama sebagai langkah antisipasi menghadapi musim kemarau panjang seperti yang terjadi pada 2023. Permintaan datang dari berbagai wilayah, antara lain Loa Kulu, Desa Jembayan, Marangkayu di Desa Sebuntal.
Namun, realisasi pembangunan tetap disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Meski begitu, Awang menilai respon masyarakat menunjukkan bahwa program ini benar-benar dibutuhkan.
“Potensi pertanian di wilayah-wilayah tersebut sangat besar. Selain untuk mendukung pertanian, sebagian masyarakat juga memanfaatkan sumur bor sebagai sumber air bersih. Harapannya, apa yang sudah dibangun dapat memberi manfaat luas, dijaga bersama, dan keberlangsungannya bisa bertahan dalam jangka panjang,” katanya.
Menurut Awang, keberadaan sumur bor sangat membantu petani dalam menjaga produktivitas lahan, khususnya saat musim kemarau. Air tanah yang dipompa melalui sumur bor bisa digunakan untuk mengairi sawah, kebun, maupun ladang, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap curah hujan atau irigasi sungai.
Lebih dari itu, manfaatnya meluas hingga pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat. Di beberapa desa, sumur bor bahkan menjadi sumber utama air untuk rumah tangga, terutama di wilayah yang akses air permukaannya terbatas.
“Karena sifatnya multifungsi, maka sumur bor ini penting untuk mendukung ketahanan pangan sekaligus kesejahteraan masyarakat,” jelas Awang.
Ia menambahkan, keberhasilan program ini juga bergantung pada partisipasi masyarakat dalam menjaga dan memanfaatkan aset bersama. Dengan pengelolaan yang baik, sumur bor dapat berfungsi optimal selama bertahun-tahun.
“Ini bukan hanya program pemerintah, tapi milik bersama. Jika dirawat dengan baik, manfaatnya bisa dirasakan lintas generasi,” ungkap Awang.
Melalui kolaborasi pemerintah daerah, TNI, dan masyarakat, program sumur bor di Kukar diharapkan mampu menjadi solusi strategis dalam mendukung sektor pertanian, memperkuat ketahanan pangan, sekaligus menyediakan akses air bersih bagi masyarakat desa. (Adv/and)
